Goes to LAPAN #2

on Jul 3, 2013
Terik siang itu menggugah kami untuk pergi. Perut sudah keroncongan ria sedari keluar dari Kereta malam itu. Kami harus menahan lapar hingga tiba di penginapan. Tak tertahan lagi, kami pergi ke warung bambu Tuan Takur *baca : julukan oleh Pak Tri kepada Bapak pemilik warung. Hmmm, dan warung bambu itu sudah tutup, padahal tadi waktu dhuhur masih buka. Kami kembali ke penginapan, tapi di tengah perjalanan kembali ke penginapan, ada satu toko. Indomie, yaa disana ada mie. Indomie lagi Indomie lagi. Kami akhirnya minta buatkan mie karena perut ini sudah melilit.

"Wonten sekul, Bu", tak sadar aku pakai bahasa krama Jawa disini, tidak berasa lagi di Bogor dan harusnya bahasa Sunda yang dipakai. "Oh nggih, ngagem sekul?.", Wah, ternyata Ibunya juga dari Jawa. Alhamdulillah, karena tadi asal ceplos aja pakai bahasa Jawa. Pada akhirnya kami berkomunikasi dengan bahasa  Jawa. Hehhehehe.

Setelah makan mie + nasi, lumayan sudah kenyang. Kami sudah memiliki energi kembali untuk beraktivitas. Ternyata Ibu yang punya toko orang Purworejo dan suaminya orang Magetan, satu daerah dengan salah satu dari kami, Dadang. Hah, dunia ini memang sempit. Dimanapun tetap bertemu dengan orang - orang yang sebenarnya dekat.

Perut sudah terisi, saatnya kembali ke penginapan dan Tidur!! Hahhaha, menanti esok pagi untuk mengenal lingkungan ini lebih jauh :)

Goes to LAPAN #1

on Jul 1, 2013
Malam itu mengantar kami hingga ke Jakarta. Ini kali pertamaku untuk naik kereta perjalanan sejauh Surabaya – Jakarta. Argo bromo anggrek dengan jadwal 20.15 bersiap berangkat sedang aku  masih menunggu pesanan nasi goreng. Belum makan dari siang. Sambil berlari kemudian mengambil barang bawaan dan kemudian kami masuk ke kereta itu. Uhhh, si Dadang berusaha membuka pintu gerbong itu, aku pun ikut membantu hingga terjepit. Au. Eh di samping pintu kubaca “Tombol pintu otomatis” dengan arah ke tombol. Oh Maan, ternyata itu tombol untuk buka pintu. Hahha, bodoh!

Malam begitu gelap dan kelam. Siap menelan siapapun dan apapun di dalam kelamnya. Aku tidak tahu ada apa di luar sana dan sudah berapa stasiun yang kami lewati. Yang kutahu hanya empat stasiun tempat dimana kereta ini berhenti. Semarang, tengah malam itu kereta ini menurunkan penumpang dan kemudian mengangkut penumpang selainnya. Dari semarang kami menuju stasiun Cirebon, Jatinegara, dan terakhir, Gambir – Jakarta. Kebetulan kereta lewat jalur utara, jadi tidak terlalu lama perjalanannya. Jam 6 pun kami sampai di Stasiun Gambir.

Dasar orang ya, perjalanan jauh tapi tidak mengumpulkan informasi sebelumnya. Kami bertiga, dengan tujuan akhir LAPAN Bogor. Kami tidak tahu harus kemana setelah dari Gambir.  Untungnya senior kami sudah pernah kesana, ya meskipun rute keretanya beda tapi setidaknya tahu kalau dari Jakarta kita harus ke Serpong dan kemudian naik angkot ke LAPAN. Berusaha bertanya ke teman – teman tapi tidak ada yang tahu, tanya satpam, akhirnya menemukan rute. Kami harus ke Tanah Abang, naik KRL ke Serpong. Oke, kami bertiga naik taksi ke Stasiun Tanah Abang, tapi sialnya si Sopir gak tau mana stasiunnya. Udah di kawasan Tanah Abang dan jauh, kemudian bertanya kepada kami, “Mas, tahu masuk stasiunnya lewat mana?” -_-“, kami aja dari luar kota mana kita tahu. Ini Mas kenapa baru nanya sekarang coba. Lirik argo udah 30ribu, padahal kata si Bapak Satpam paling 20ribu taksinya. Akhirnya si Sopir ini nanya sama orang situ, eh ternyata kita harus puter balik ke tempat yang udah kita lewatin tadi, ya cukuplah 20ribu jadi 40ribu. Oh benar – benar.

09.45 kereta paling cepet ke Serpong. Sekarang 08.30, hah lama sekali. Hmmm, sembari menunggu teman kami satu lagi yang sedang terjebak macet di perjalanan. Oke, menunggu. Membosankan sekali! Namun, pada akhirnya 09.45 tiba juga. Kami turun mencari jalur Comline ke Serpong. Alhamdulillah, karena masih di Tanah Abang jadi kami masih bisa mendapatkan tempat duduk. 30 menit berlalu, welcome to Serpong. Kami tiba dengan kondisi perut bernyanyi riang.



Istirahat sejenak dan kemudian mencari angkot putih – oranye jurusan Cicangkal. Itu angkotnya. Angkot ini mudah ditemui di rute Serpong - Cicangkal. Kami pun naik dan kami dengan tas dan koperpun cukup mengurangi kuota penumpang angkot ini. Hahahaha. Hmmm, naik angkot ini semacam naik apa ya? Roller coaster? Bukan, apa ya? Tornado? Seperti mi kocok, ajep – ajep di dalem angkot. Terik matahari menambah bulir keringat. Fiuhhh, debunya membuat hidung “pengar”. Rentetan truk tak bergerak di jalan lain dan juga jalanan kami. Jalanan ini masih diperbaiki dan mengakibatkan perjalanan menjadi cukup lama karena macet. Kira – kira sejam kami sampai di komplek LAPAN. Bapak Sopirnya baik, mau nganterin sampai masuk komplek LAPAN, depan rumah Pak Widodo, Kasubag LAPAN. Kami bahagia. Akhirnya sampai juga. Adzan dhuhur pun berkumandang, kami ke musala dulu untuk shalat dhuhur. Di gedung hijau sederhana ini kami bertemu orang – orang sekitar komplek. Berbincang – bincang cukup lama, Bapaknya juga orang Surabaya ternyata. Hmmm, setelah lama berbincang, pada akhirnya kita tahu bahwa Pak Wid itu bukan Pak Tri Widodo Kasubag LAPAN, tapi Pak Wid yang lain. Hahhaha, jadinya kita harus jalan ke LAPAN (yang berarti backtrack) untuk mencari Pak Tri Widodo. Dengan barang bawaan yang cukup, kami harus berjalan di bawah terik itu. 200 meter mungkin ya ke LAPAN. Kami sampai di pos satpam. Kami harus berjalan kembali untuk ke Gedung Pak Tri Widodo, tapi tanpa barang. Hahaha, semua itu kami titipkan ke Bapak Satpam. “Tok – tok, permisi mau mencari Pak Tri Widodo”. “Mangga mangga”, jawab Pak Tri. Alhamdulillah, kami bertemu dengan beliau. Ternyata beliau banyak bercanda, dari Adjie Pangestu hingga wakil gubernur Banten. Duhhh, rupanya Bapak suka menjuluki orang lain karena wajahnya mirip dengan orang terkenal. Bapaknya lucu, ramah, sersan (serius santaii :D). Dari beliau, kami mendapatkan izin untuk tinggal di mess. Setidaknya kami memiliki tempat tinggal. Berkat beliau juga kami jadi tahu tempat makan (Tuan Takur), Cicangkal City (‘Kota’ terdekat), disini ada pasar. Dari kantor Pak Tri, kami kembali ke pos satpam untuk mengambil barang, eh kami dianter ke messnya. Maklum, kasihan ini kami bawa barang banyak. Akhir perjalanan pencarian LAPAN, kami sampai di tempat tinggal sementara kami, yang putra tinggal di mess, yang putri di guest house. Syukurlahhh, KASURRR!!! Akhirnyaaa.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional


Semoga menyenangkan :)