Minggu pagi, 26 Juni 2011. Saya beserta 5 teman yang lain mencoba menikmati minggu pagi di area Tugu Pahlawan Surabaya. Ketika saya beserta kelima teman saya yang kebetulan semua berkerudung, tiba-tiba terdengar selentingan dari seorang bocah, "Pondoknya pindah ya Mbak? Mondok kok di Pahlawan!". Sebuah kalimat menohok yang cukup menyelentik "kuping saya". Emang orang berkerudung selalu dari pondok ya? atau orang berkerudung tidak boleh bermain di tempat umum, di Tugu Pahlawan misalnya. Begitu mereka memandang orang berkerudung. Erosi nilai - nilai agama dalam diri mereka. Memang orang berkerudung umumnya harus menjaga sikap dan perilakunya, namun adakalanya orang berkerudung juga harus melakukan suatu sikap dan terjun ke tempat-tempat umum untuk menganalisa kehidupan sekitar.
Ya, lumayan di pagi ini udah dapet satu sampel kondisi bocah di Surabaya khususnya, kami memasuki kawasan Tugu Pahlawan, berjalan, melihat lingkungan sekitar. Miris. Saya merasa sangat miris melihat kondisi para bocah yang pada umumnya masih berusia pelajar. Rambut disemir merah, coklat, model punk, kaos oblong, pake jeans ples rantai gede, kemudian berkelompok, bermain gitar dengan lagu-lagu yang pastinya lagu "geje", tidak mencerminkan pelajar sedikitpun. Kata-kata vulgar dilantunkan dengan kerasnya oleh mereka.
Di lain sisi, di sepanjang kaki menyusuri jalanan menuju museum di Tugu, para bocah ini tak sungkan-sungkannya melontarkan kata-kata untuk coba menyapa kami , "halo cewek", "assalamu'alaikum", "ehm-ehm", dan kata-kata lain yang tentunya disampaikan dengan intonasi tidak sopan. Tidak sedikit juga para remaja yang duduk berpasangan, berpacaran , nge-genk , dan berkelompok-kelompok. Para remaja putri menggunakan pakaian yang serba minim. Sungguh miris melihat para generasi penerus bangsa yang terus-menerus mengalami degradasi moral.
Sempat terpikir bagaimana nasib Indonesia ke depan jika para generasinya terus mengalami pengikisan moralitas, bagaimana cara menyembuhkan penyakit ini di negeri tercinta ini. Nilai-nilai moral di masyarakat terus terkikis, diimbangi dengan budaya barat yang menyusup ke dalam budaya Indonesia. Budaya hedonis, hura-hura, pakaian serba minim, dan budaya-budaya barat lainnya. Hal ini tentu menjadi perhatian serius bagi kita. Tidak etis rasanya kita sebagai generasi muda membiarkan semua ini berjalan begitu saja, namun bagaimana caranya untuk memperbaiki moralitas bangsa ini, khususnya para bocah yang seharusnya mengenyam bangku pendidikan yang optimal. Ini menjadi pe-er bagi kita semua untuk menemukan solusinya dan bertindak nyata.
Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor agama. Jikalau pengetaahuan mengenai agama semakin hilang, maka moralitas juga ikut hilang, karena agama memegang peranan penting dalam pendidikan moral. Anak - anak dan remaja-remaja saat ini kurang tertarik untuk mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan. Mereka lebih suka mendatangi acara musik, orkestra, jalan-jalan ke Mall, shopping, dan kegiatan hura-hura yang lain. Hal ini menjadi permasalahan dasar dalam permasalahan moral.
Keberatan dengan pe-er nya????? Wah kalau pada keberatan, perlu dipertanyakan ini nilai kepedulian sosialnya. Mungkin saat ini nasionalisme sudah mulai terkikis dari otak para generasi muda. Yang mereka kenal hanya hal-hal yang sifatnya seneng-seneng, hura-hura. Untuk mengembalikan niai-nilai nasionalis, tentu bukan hal yang enteng. Perlu effort besar untuk mewujudkan itu. Mari bersama memperbaiki moral bangsa ini dengan berpegang pada agama dan pancasila.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment
Let's comment aboout this